Laman

Selasa, 24 November 2009

Selayar Miliki Karantina Pertanian



Laporan : Fadly Syarif
Bila tidak aral melintang dalam waktu dekat ini Kabupaten Kepulauan Selayar dijadwalkan akan segera memiliki Balai Besar Karantina pertanian lengkap dengan penempatan petugasnya masing-masing yang akan ditugaskan pada titik-titik terminal kedatangan dan pemberangkatan. Seperti di Pelabuhan Ferry Pamatata, Pelabuhan Pelni Pamatata, Pelabuhan Ferry Pattumbukang dan areal Bandar udara H. Aroeppala di Padang.
Menurut Asisten Ekonomi, Pembangunan & Kesra Setda Pemkab Kepulauan Selayar, Andi Mappagau, SE “Kedepannya, kehadiran balai besar karantina pertanian ini tentunya sangat diharapkan dapat mempermudah proses pendeteksian dini terhadap obyek sumber pemasukan resmi. Khususnya, yang terkait secara langsung dengan arus distribusi pengiriman ternak antar daerah mau pun pengiriman antar pulau pada semua titik-titik terminal kedatangan dan pemberangkatan.
Terlebih lagi, setelah Kabupaten Kepulauan Selayar dikategorikan sebagai salah satu daerah kabupaten/kota yang terproteksi memiliki keanekaragaman komoditas ternak berstandar Nasional. Hal ini diungkapkan Mantan Ketua Bappeda Kabupaten Kepulauan Selayar di era kepemimpinan Drs. H. M. Akib Patta itu, saat menerima kunjungan Tim Sosialisasi Balai Besar Karantina Pertanian Makassar bertempat di ruang rapat pimpinan Kantor Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar beberapa waktu lalu. (*)

Menyusuri Potensi Wisata Kab. Selayar Dibalik Rerimbunan Semak Belukar



Fotografer : Fadly Syarif
Reporter : Fadly Syarif

Siang itu matahari bersinar terik saat motor yang digunakan Panorama Selayar melintasi perkampungan Bontoiya, Dusun Tanete Pale, Desa Lalang Bata, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel.
Sebuah perkampungan terpencil diujung utara Kab. Selayar yang berjarak sekitar 2 kilometer dari ibukota Desa Lalang Bata. Di kampung ini terdapat sedikitnya dua lokasi obyek wisata alam air terjun yakni : Balang Timurung dan Balang Moro’. Namun sayangnya, untuk bisa sampai ke lokasi air terjun tersebut Panorama Selayar harus melalui jalan tani dan rerimbunan pohon jambu mente serta semak belukar berduri.
Belum lagi, lokasinya yang terletak di daerah tanjakan membuat Panorama Selayar nyaris kehabisan nafas setelah kembali dari mengabadikan gambar. Bila ditilik dari pemandangannya Balang Timurung memang cukup potensial untuk dijadikan sebagai sarana rekreasi wisata alam.
Sehingga tidak berlebihan, jika hampir pada setiap hari libur lokasi ini banyak dikunjungi masyarakat di sekitar Desa Lalang Bata. Dimana hal inilah yang kemudian mengilhami peresmian penamaan Balang Timurung oleh Drs. H.M. Akib Patta (Bupati Selayar terdahulu).
Pemandangan liang menganga dan tetesan air sungai dari ketinggian, serasa kian melengkapi indah suasana panorama alam di sekitar Balang Timurung. Dan sebagai wujud konsistensi pemerintah terhadap upaya peningkatan sektor wisata, saat ini Pemdes Lalang Bata telah melengkapi keberadaan Balang Timurung dengan pembangunan sejumlah tempat peristrahatan berupa pondokan bambu.
Selain Balang Timurung dan Balang Moro’, di Dusun Tanete Pale ini juga terdapat banyak peninggalan guci-guci leluhur terdahulu. Salah satunya sempat diabadikan Panorama Selayar dalam kunjungan wisatanya belum lama ini.
Pohon kenari & jambu mente obyek pelengkap
Setelah puas mengabadikan keindahan panorama alam Balang Timurung dan peninggalan guci leluhur, Panorama Selayar juga menyempatkan waktu mengabadikan obyek wisata agro hortikultura, berupa pohon jambu mente dan kenari yang banyak tumbuh di sekitar Kampung Bontoiya. Menurut tim Pemdes Lalang Bata yang hari itu turut mendampingi perjalanan Panorama Selayar, kenari adalah salah satu buah komoditas andalan masyarakat setempat pada khususnya, dan Selayar pada umumnya.
Menuju Mesjid Tua Kampung Punra’
Dari Balang Timurung, Panorama Selayar kemudian melanjutkan perjalanan menuju lokasi Mesjid tua kampung Punra’ yang terletak sekitar 1 kilometer dari ibukota Desa Lalang Bata. Berbeda dengan perjalanan menuju Balang Timurung, kali ini Panorama Selayar tak lagi dapat menggunakan kendaraan roda dua, karena lokasinya yang terletak di sekitar areal perkebunan warga dan harus melintasi sebuah anak sungai.
Melihat kondisinya, sepintas lalu Mesjid tua Kampung Punra’ nyaris tak lagi menampakkan bentuk Mesjid pada umumnya. Pasalnya, Mesjid ini tinggal menyisakan tiang beton, puing-puing pondasi, kiblat dan sebuah peninggalan kolam tempat berwudhu.
Kondisi serupa juga sangat nampak disekitar lokasi ex kampung Punra’ yang kini mulai ditumbuhi deretan pohon jambu mente dan pohon Maja atau yang dalam dialek bahasa Selayar kerap disebuat pohon bila.
Hanya batu-batu berserakanlah yang menjadi saksi bisu kalau pada zaman dahulu kala, di lokasi ini pernah terdapat tanda-tanda kehidupan, fakta ini juga diperkuat dengan masih banyaknya dijumpai rumah siput berserakan di sana-sini.
Menyusuri situs pekuburan tua
Dengan tak mengenal lelah sedikit pun, dari lokasi Mesjid tua kampung Punra’ Panorama Selayar kembali melanjutkan penelusurannya ke situs pekuburan tua Dusun Silolo, Bontodatara dan Bontonumpa, Desa Buki.
Hampir sama dengan penelusuran pada dua lokasi obyek wisata sebelumnya, di lokasi ini Panorama Selayar lagi-lagi harus melalui rerimbunan semak belukar. Pasalnya, kondisi di sekitar lokasi pekuburan tua seolah sengaja diabaikan pemerintah.
Meninggalkan lokasi situs pekuburan tua, Panorama Selayar kemudian menancap motornya menuju ibukota Kecamatan Buki. Di lokasi ini, Panorama Selayar sempat mengabadikan beberapa moment gambar, antara lain : situs bangunan peninggalan Belanda, pekuburan tua, meriam kuno terpendam, rumah-rumah zaman tempo doeloe sampai kepada lampu peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang masih dapat dijumpai pada salah satu rumah warga masyarakat setempat.

Sepekan Mengungkap Mitos Dibalik Situs Pekuburan Tua Selayar



Mengawali Perjalanan Dari Kota Daeng Makassar
Fotografer : Fadly Syarif
Reporter : Fadly Syarif
Hari itu mentari pagi baru saja menyembulkan cahayanya di atas langit kota Makassar saat Panorama Selayar bertolak meninggalkan Kompleks Perumahan Antang menuju Kabupaten Kepulauan Selayar dengan mengendarai sepeda motor.
Demi untuk mengejar kapal ferry yang biasanya meninggalkan pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba pada pukul 15.30 WITA, Panorama Selayar harus menerobos kemacetan arus lalu lintas di sepanjang jalan Poros Sungguminasa Kabupaten Gowa.
Dengan kecepatan 90 kilometer perjam Panorama Selayar terus menancap laju motornya tanpa kenal lelah ditengah teriknya panas matahari yang memekakkan kepala. Hingga akhirnya, tepat pukul 12.00 WITA Panorama Selayar pun menepikan motor di Restoran Bawakaraeng, Kabupaten Bantaeng untuk sekedar bersantap siang, sebelum melanjutkan perjalanan panjangnya ke Pelabuhan Bira Bulukumba.
Usai bersantap siang dan mendinginkan mesin motor yang dikendarainya Panorama Selayar kembali melanjutkan perjalanan melintasi jalan rusak di sepanjang jalan poros Kabupaten Bantaeng.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam setengah, Panorama Selayar pun tiba dengan selamat di Pelabuhan Bira Bulukumba untuk kemudian menumpangi kapal ferry Bontoharu menuju pelabuhan Pamatata Kabupaten Kepulauan Selayar.
Sesuai jadwal pemberangkatan, tepat pukul 15.30 WITA kapal ferry KMP Bontoharu pun melepas tambang di Pelabuhan Bira. Dengan geraknya yang perlahan tapi pasti, KMP. Bontoharu pun mulai berputar meninggalkan areal kolam pelabuhan.
Gugusan pulau-pulau kosong tak berpenghuni tampak berderet memanjang dengan panorama alam pepohonannya yang menghijau, membuat pengunjung seakan tak pernah bosan untuk datang bertandang ke daerah berjuluk Bumi Tanadoang ini.
Memasuki perairan Kabupaten Kepulauan Selayar, ikan lumba-lumba dan burung camar yang terbang bebas di udara seakan mengucapkan selamat datang kepada para penumpang ferry hari itu.
Tepat pukul 18.00 WITA kapal ferry KMP. Bontoharu merapat dengan selamat di dermaga Pamatata Kabupaten Kepulauan Selayar. Dari areal terminal dermaga para petugas pelabuhan tampak terlihat sibuk berkemas mempersiapkan kapal bersandar. Beberapa parkiran kendaraan angdes (angkutan pedesaan) juga terlihat mewarnai pelataran terminal pelabuhan untuk menjemput para penumpang kapal yang tidak sempat terangkut armada bus AKDP.
Sedang disepanjang pesisir pantai, perahu tradisional nelayan tampak berderet teratur melambangkan daerah itu adalah merupakan kabupaten kepulauan. Begitu kapal ferry merapat dengan selamat, satu persatu kendaraan mulai turun dari kapal untuk selanjutnya menuju ke pusat ibukota Benteng.
Setelah satu persatu mobil turun dari kapal, Panorama Selayar pun ikut menyusul dan selanjutnya memacu motornya menuju Kota Benteng dengan melintasi jalan darat berombak sekitar satu jam lamanya.
Setibanya di kota Benteng, ruas-ruas jalan mulai tampak sunyi dari lalu lalang kendaraan. Hanya beberapa orang Jemaah Mesjid yang terlihat baru keluar dari Mesjid seusai mnunaikan shalat Isya.
Karena kelelahan, Panorama Selayar pun tetap melanjutkan perjalanan menuju Hotel Selayar Beach untuk beristrahat menunggu pergantian hari. Sebuah hotel mewah yang berada di kawasan pesisir pantai kota Benteng.
Sehabis cek in, dengan menenteng tas Panorama Selayar pun memasuki kamar yang sedari tadi telah dipersiapkan Reception Hotel setempat untuk mandi dan selanjutnya beristrahat.
Ke esokan harinya, begitu mentari pagi menyembulkan cahayanya, Panorama Selayar pun terbangun dari tidur panjang dan membuka jendela kamar sembari menatap pemandangan pantai Benteng dengan suasana perairannya yang teduh bak air dalam kolam
Dari kejauhan samar-samar beberapa perahu tradisional jenis jarangkak (dalam dialek bahasa Selayar), tampak lalu lalang melintas ke arah pasar Sentral Benteng untuk membongkar ikan hasil tangkapan mereka.
Wajar, bila Kabupaten Kepulauan Selayar kemudian dijuluki Bumi Tanadoang karena bentuknya memang mirip seekor udang yang sedang melengkung dengan sejuta potensi lautnya yang tak ternilai oleh rupiah.
Usai mandi dan menikmati santapan sarapan pagi, nasi goreng ala Selayar Beach Hotel dengan suguhan secangkir Coffe panas, Panorama Selayar pun bergegas menuju ke motor dan memanaskan mesin selama beberapa menit.
Barulah setelah itu, Panorama Selayar melajukan kendaraannya menuju pekuburan tua Appabatu di ujung utara Kota Benteng. Sebuah pekuburan yang berada di atas perbukitan dengan 36 buah anak tangga. Bahkan, sampai sekarang segelintir masyarakat di daerah ini masih meyakini lokasi pekuburan tersebut sebagai pekuburan keramat.
Saking keramatnya, hampir pada setiap malam Jumat ada-ada saja warga masyarakat yang datang ke lokasi ini untuk bertapa meminta nomor buntut alias nomor togel. Warga yang kerap bertapa di pekuburan tersebut juga meyakini kalau hampir setiap menitnya batu nisan di kuburan ini dipastikan akan semakin tinggi dari ukuran normalnya.
Tidak jauh dari lokasi pekuburan tua Appabatu Panorama Selayar juga sempat menyambangi sebuah liang yang tepat berada di bawah kaki pekuburan.
Dari liang dan pekuburan Appabatu, perjalanan berlanjut ke rumah adat dan pekuburan tua Desa Parak, serta pekuburan tua Desa Mare-Mare. Lokasi pekuburan tua Desa Mare-Mare terletak tidak jauh dari permandian Ere Mata.
Setelah itu, penelusuran berlanjut ke lokasi pekuburan tua Bonto Kadieng. Sebuah pekuburan yang terletak di Dusun Mare-Mare, Desa Mare-Mare, Kecamatan Bontomanai.
Menurut penuturan salah seorang kepala dusun di desa itu, dulunya setiap kali ada warga setempat yang akan meninggal dunia, kuburan Bonto Kadieng akan mengeluarkan suara ledakan yang Maha dahsyat.
Semenjak itu pula, warga juga meyakini kalau pekuburan Bontokadieng yang berjarak sekitar dua kilo dari pusat ibukota Desa Mare-Mare adalah pekuburan keramat.
Hampir sama halnya dengan kisah Kuburan Syekh Yusuf di kawasan Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Di mana sebahagian warga Desa Mare-Mare juga masih percaya dan kerap bertapa di lokasi pekuburan Bonto Kadieng untuk mencari peruntungan nasib melalui persembahan tetesan darah kerbau atau seekor kambing yang disembelih hidup-hidup di dalam lokasi pekuburan tersebut, kemudian dibagikan dan disantap bersama oleh warga yang hadir dalam ritual upacara tersebut.
Usai menyusuri legenda kuburan Bonto Kadieng, perjalanan Panorama Selayar berlanjut ke lokasi obyek wisata kolam renang Eremata. Kolam renang yang pada awalnya menjadi lokasi rekreasi primadona warga Kabupaten Kepulauan Selayar. Sebelum kemudian, lokasi wisata itu disegel oleh pemilik tanah bernama Patta Bau Krg Tjindrapole berdasarkan ketetapan kitab UU KUHP Pasal 167 ayat 1 (satu).
Padahal, seandainya lokasi ini tidak keburu disegel pemilik tanah, selain dapat dijadikan sebagai kolam renang dan sumber mata air bersih PT. PDAM, kolam renang Ere Mata juga cukup potensial untuk dijadikan lokasi pengembangan pembibitan ikan dan udang. Hal itu dibuktkan dengan banyaknya ikan dan udang yang keluar masuk dari salah satu bagian kolam saatPanorama Selayar bertandang.
Mare-Mare lokasi pengembangan ternak
Desa Mare-Mare, Kecamatan Bontomanai, ternyata tidak hanya kaya akan khasanah wisata sejarah & budaya. Menurut Kadus Mare-Mare, Andi Tamrin, “sejak pertama kali berdirinya kampung ini telah dlirik warga sebagai wilayah pengembangan ternak jenis kerbau dan kambing”.
Tidak heran, jika saat Panorama Selayar datang mengunjungi kampung ini begitu banyak ternak kambing dan kerbau yang berkeliaran pada sejumlah ruas jalan perkampungan, tanpa terkecuali di sungai Dolak.
Dikatakan potensial, karena wilayah kampung Dolak memang dikelilingi oleh tumbuhan rerumputan liar dan semak belukar, selain juga terdapat beberapa anak sungai kecil.
Mata pencaharian warga di kampung ini dominasi kaum peternak, dan petani. Khususnya, petani kopra, kakao, jambu mente, jambu batu, mangga dan vanili. Sebahagian diantaranya, merupakan buruh penambang galian gol C jenis, batu kerikil dan pasir sungai. Sedang sisanya terdiri atas PNS dan pedagang barang campuran jenis kebutuhan warga.
Mare-Mare perkampungan bambu
Mungkin, saat ini sudah sangat jarang kita bisa menjumpai perkampungan yang dikelilingi rerimbunan pohon bambu. Tidak sepertihalnya yang terlihat di Desa Mare-Mare. Di mana, hampir seperdua wilayahnya ditumbuhi oleh ribuan batang pohon bambu dan pohon palem, atau yang dalam bahasa Selayar kerap disebut pohon ihusu.
Warga masyarakat pedesaan Kabupaten Kepulauan Selayar, kerap menjadikan daun palem kering sebagai pengganti tali untuk pengikat barang-barang bawaan saat akan berangkat ke luar Selayar.
. Panas matahari kian menyengat, saat tim liputan Panorama Selayar akan meninggalkan Desa Mare-Mare. Namun, alangkah terperanjaknya tim liputan media ini setelah secara tdak sengaja kakinya tersandung pada sebuah benda berbentuk tengkorak kepala binatang.
Fosil kepala binatang yang diperkirakan berusia ratusan tahun ini ditemukan tergelatak tidak jauh dari anak sungai Dolak, tempat warga kerap melakukan aktivitas penambangan pasir sungai dan batu kerikil.
Penemuan fosil yang berlangsung sekitar pukul 10. 04 WITA ini kemudian langsung dilaporkan kepada Kepala Dusun Dolak, yang selanjutnya menjemput dan mengamankan fosil tersebut ke rumahnya.
Lelah mengelilingi Desa Mare-Mare Panorama Selayar kembali melajukan kendaraannya menuju ke Kelurahan Batang Mata, Kecamatan Bontomate’ne. Di kelurahan Bontomate’ne, Panorama Selayar menyempatkan waktu menyambangi sebuah kawasan pekuburan tua yang berlokasi di jalan poros SMA Negeri 1 Bontomate’ne.
Memasuki lokasi pekuburan, Panorama Selayar harus terlebih dahulu melewati pintu pagar besi berwarna merah yang mulai terlihat karatan termakan usia. Setelah itu, barulahPanorama Selayar menapaki 33 buah anak tangga untuk bisa mengabadikan gambar pekuburan yang tampak mulai berserakan dan ditutupi rerumputan liar.
Usai mengunjungi kuburan tua Bontomate’ne, Panorama Selayar juga sempat meluangkan waktu untuk singgah mengabadikan gambar meriam kuno di perumahan dinas Camat Bontomate’ne. Meski tak ada lagi yang tahu persis seperti apa sejarah keberadaan meriam kuno yang diletakkan di pekarangan rumah dinas camat tersebut..
Maklum, hampir tidak ada lagi pelaku sejarah masa lalu yang bertahan hidup di Kabupaten Kepulauan Selayar. Mereka semua telah lebih awal dipanggil Sang Khalik. Sehingga tidak ada lagi saksi sejarah yang mampu bercerita tentang peninggalan benda-benda bersejarah di daerah penghasil jeruk manis ini.
Hari menjelang sore, tapi perjalanan Panorama Selayar tak kunjung berakhir. Pasalnya, dari perumahan dinas Camat Bontomate’ne, Panorama Selayar masih harus menuju ke lokasi Liang Ereposo, salah satu obyek wisata alam menyerupai gua yang terletak sekitar 2 kilometer dari ibukota Desa Barat Lambongan.
Infrastruktur jalan beraspal mulus membuat para pengunjung dapat menempuh lokasi ini selama 5 (lima) menit dari ibukota Desa Barat Lambongang dengan mengendarai sepeda motor mau pun.kendaraan roda empat (mobil pribadi, red)
Sepanjang jalan menuju lokasi liang Ereposo pengunjung dapat menyaksikan indahnya pemandangan panorama alam pantai dengan hamparan pasir putihnya yang lembut nun menawan.
Deretan pepohonan kelapa yang tumbuh rapi di sisi kiri kanan jalan menambah indah pemandangan alam sekitar. Belum lagi bila pengunjung sempat menyaksikan penataan areal perkebunan warga yang dilengkapi bangunan peristrahatan seadanya.
Memasuki mulut liang yang dihuni beragam satwa burung tersebut pengujung harus melewati 16 buah anak tangga yang terbuat dari bahan baku semen. Saat pengunjung bertandang ke liang Ereposo, seketika itu pula burung-burung penghuni kawasan liang akan beterbangan keluar masuk seakan memberi penghormatan dan ucapan selamat datang kepada para pengunjung.
Aroma harum mirip bau sabun mandi yang menyeruak dari dalam mulut liang Ereposolah yang kemungkinannya membuat burung-burung ini hidup betah di dalam liang. Selain mereka memang sedikit aman dari incaran para pemburu satwa liar, perusak lingkungan hidup.
Sayang sekali, Panorama Selayar hanya bisa mengabadikan gambar sampai di mulut liang saja. Karena, untuk memasuki mulut liang ini dibutuhkan perlengkapan penerangan yang complete dan tidak cukup hanya dengan perbekalan lampu senter saja.
Kades Barat Lambongang menjelaskan, “bila kurang hati-hati, pengunjung yang akan memasuki kawasan obyek wisata ini sewaktu-waktu dapat terjungkal masuk ke dasar liang” sebab kondisi liang yang terjal dan gelap.
Tak jauh dari lokasi liang Ereposo terdapat pula puing-puing pondasi bangunan dan sebuah kolam. Menurut penjelasan Kades Barat Lambongan, kolam dan pondasi ini merupakan saksi bisu, bahwa pada era tahun 1950-an pernah berdiri sebuah Mesjid tua ex. Kampung Ereposo.
Sekitar 100 meter dari lokasi tersebut, pengunjung lagi-lagi akan menjumpai sebuah kolam air yang tepat berada di tengah lahan perkebunan warga. Sebuah benda mati yang kini menjadi saks,i bahwa jauh sebelum era kemerdekaan bangsa Indonesia, di lokasi tersebut pernah berdiri sebuah bangunan sekolah dasar.
Perjalanan Panorama Selayar berakhir di pekuburan tua Dusun Bonelohe, Desa Bungaiya. Walau pun sebenarnya masih terdapat begitu banyak lokasi obyek wisata menarik di Kecamatan Bontomate’ne antara lain : Gua Turoang, yang berlokasi di bagian selatan Je’ne Ki’ki. Dengan stalastik mulut gua yang indah, membentuk sebuah payung mirip singgasana seorang penguasa tertinggi di zaman kerajaan, merupakan salah satu daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
Selain itu, masih terdapat pula obyek wisata Liang Kapea, Liang Je’ne Ta’tala, Liang Turoan Toru, dan Liang Tumatea di belakang kampung Patori. Disebut Liang Tumatea, sebab jauh sebelum manusia mengenal agama, konon kabarnya jenazah warga kampung yang meninggal dunia akan diantar dan semayamkan pada beberapa tempat di dalam liang.
Tak heran, jika sampai sekarang pengunjung yang datang bertandang ke lokasi ini masih dapat menjumpai begitu banyak peti mati berisi tengkorak tubuh manusia. Di liang Turoan Toru sendiri, menurut warga setempat berdiri sebuah patung seorang wanita yang tengah mengayunkan sebatang anak lesung.
Sementara itu, di bagian ujung utara Dusun Bonelohe terdapat sebuah lokasi pekuburan bernama Ku’bang yang merupakan singkatan dari Kuburan Bangsawan. menariknya, ukuran besar kuburan di lokasi ini nyaris menyamai rumah penduduk pada umumnya.(*)

Mengintip Keanekaragaman Rutinitas Warga Bumi Tanadoang Selayar



Fotografer : Fadly Syarif
Kontributor : Fadly Syarif

Tanpa terasa tiga pekan sudah tim liputan Panorama Selayar menghabiskan waktu berkeliling di Kabupaten Kepulauan Selayar untuk melihat langsung lokasi-lokasi wisata yang selama ini hanya ramai di mediakan lewat dunia maya.
Tiga pekan, serasa belum cukup waktu untuk mengelilingi wilayah sebaran obyek wisata yang terdapat di daerah ini. Apalagi untuk bisa melihat dari dekat aktivitas keseharian warga masyarakatnya yang lumayan beragam.
Mulai dari sentra industri kerajinan batu merah di kawasan Parappa yang berada di wilayah selatan ibukota Benteng. Sampai mengunjungi lokasi industri pandai besi di Dusun Sariahang, Desa Bungaiya, Kecamatan Bontomate’ne yang berjarak sekitar 26 kilometer arah utara kota Benteng.
Di dusun ini, warga masyarakat setempat tampak disibukkan dengan berbagai rutinitas yang berbeda-beda. Mulai dari rutinitas pengolahan kayu-kayu terdampar di sepanjang pesisir pantai untuk kemudian diperjual belikan. Sampai kepada industri penggilingan beras jagung dan pengolahan buah ala-ala.
Menurut penuturan warga setempat, buah ala-ala diyakini mampu menyembuhkan gejala penyakit kuning tanpa harus melewati proses perawatan rumah sakit. Selain banyak menjumpai beragam aktivitas warga, di Dusun Sariahang Panorama Selayar juga sempat mengabadikan gambar tulang kima raksasa dan dua jenis kerang laut.
Berikutnya, tim liputan Panorama Selayar juga menyempatkan waktunya untuk mengabadikan gambar denah lokasi daerah perlindungan laut (DPL) Desa Bungaiya, Kecamatan Bontomate’ne yang berdiri di kawasan pesisir pantai bagian utara Dusun Sariahang.
Dari Dusun Sariahang, Panorama Selayar juga mencoba mengintip proses pengolahan teripang susu milik Saidimang warga Desa Tambolongan, Kecamatan Bontosikuyu yang telah sejak lama menggeluti usaha penampungan teripang pada salah satu gang di kawasan kota Benteng Selayar.
Meninggalkan lokasi pengolahan teripang milik Saidimang, Panorama Selayar kemudian mengarahkan sepeda motornya menuju ke industri pengolahan buah kenari yang berada di Jl. Veteran.(*)

Sosok Ir. H. Romlah Diharapkan Tampil Dampingi H. Syahrir Wahab, MM



Dukungan Masyarakat Mengalir Sederas Air Sungai
Laporan : Fadly Syarif
Tanpa terasa tinggal sebulan lagi tahun 2009 akan meninggalkan kita semua dengan menyisakan memory kenangan pahit manis kehidupan. Dan itu berarti, Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) pada sebelas wilayah kabupaten/kota di belahan Provinsi Sulawesi-Selatan pun kian mendekati hari H pelaksanaannya.
Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kepulauan Selayar, sebuah kabupaten yang letak persisnya berada di penghujung jazirah paling selatan Provinsi Sulawesi-Selatan.
Seiring dengan kian dekatnya masa Pilkada di daerah berjuluk kabupaten kepulauan tersebut, aroma persaingan para calon petarung yang akan ikut serta meramaikan bursa pemilihan figur calon pemimpin Bumi Tanadoang pun serasa kian menghangat.
Terlebih lagi, setelah mulai munculnya puluhan nama putra terbaik Bumi Tanadoang yang secara sah menyatakan kesiapannya untuk mengawal perputaran roda pemerintahan Kabupaten Kepulauan Selayar dalam rentang waktu lima tahun kedepan, terhitung sejak 2010 sampai tahun 2015 mendatang.
Nuansa persaingan serasa kian kental dengan mulai menjamurnya beraneka ragam baliho, spanduk mau pun sticker lengkap dengan tampilan maskot andalan dari masing-masing kubu calon petarung.
Bahkan, bak akan mengadu sepasang ayam jago para simpatisan pendukung dan barisan tim sukses para calon pun tampak mulai berkemas mempersiapkan energi dan stamina ayam jagoannya masing-masing untuk dipertaruhkan.
Terbukti, dalam beberapa bulan terakhir ini saja sejumlah nama figur calon Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar periode 2010-2015 kian ramai diperbincangkan. Demikian pula halnya, menyangkut paket wakil yang bakal mereka gandeng.
Salah satu contohnya, Dr. Ir. Marjani Sultan, M.Si yang sebelumnya sempat disebut-sebut bakal tampil bergandengan dengan incumbent Drs. H. Syahrir Wahab, MM.
Meski belakangan, ibarat seorang artis papan atas yang tengah naik daun, nama Ketua Bappeda Kabupaten Kepulauan Selayar, H. Saiful Arif, SH mendadak melejit ke permukaan menggantikan posisi Dr. Ir. Marjani Sultan, MSi yang dikabarkan akan ikut tampil sebagai petarung melalui jalur independent. Setelah Drs. H. Syahrir Wahab, MM resmi menetapkan H. Saiful Arif, SH sebagai calon wakilnya di bursa Pilkada mendatang.
Figur H. Saiful Arif, SH Menuai Kontroversi
Munculnya sosok H. Saiful Arif, SH sebagai calon pasangan H. Syahrir Wahab tak luput menuai kontroversi di lapangan. Tak sedikit pihak yang berpandangan kalau di usianya yang masih relatif sangat mudah H. Saiful Arif, SH belum layak tampil bergandengan dengan incumbent di Bursa Pilkada 2010.
Pasalnya, sebagian rakyat Bumi Tanadoang menilai perjalanan karier figur Saiful Arif, SH masih sangat panjang. Salah satu diantaranya dengan melewati jenjang jabatan Sekretaris Daerah menggantikan Ir. Zubair Suyuthi yang akan segera memasuki masa purna bhaktinya.
Pendapat lain menyatakan, sebaiknya H. Saiful Arif, SH dapat tetap konsisten sebagai seorang Ulama Panutan Ummat Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar dengan tidak melibatkan diri ke dalam dunia politik praktis.
Sebab, menurut sebagian kalangan munculnya nama H. Saiful Arif, SH sebagai calon wakil bupati dikhawatirkan akan berimbas pada mulai berkurangnya simpati dan kepercayaan Ummat terhadap pribadi H. Saiful Arif, SH dalam kapabilitasnya sebagai seorang Da’i penyeru kebajikan.
Pandangan berbeda muncul dari lembaga Assosiasi Insan PERS Kabupaten Selatan-Selatan Pusat Kabupaten Bantaeng, Cabang Kabupaten Kepulauan Selayar yang pada kesimpulannya meminta H. Saiful Arif, SH tetap konsisten menjadi seorang manusia sosial kontrol dalam kapabilitas pribadinya sebagai mantan wartawan Harian Pagi Pedoman Rakyat.
Lalu siapa gerangan pasangan yang dapat tampil serasi mendampingi Drs. H. Syahrir Wahab, MM di kancah Pilkada 2010 nantinya ???. Berikut rangkuman laporan hasil penelusuran wartawan media ini di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Sore itu, hari menjelang senja saat tim liputan TN memasuki gerbang Dusun Silolo yang merupakan pusat ibukota Desa Lalang Bata, Kecamatan Buki. Suasana kampung tampak lengang.
Dimana, sebagian rumah warga tampak tertutup rapat dari luar. Bahkan, hampir tak satu pun kendaraan yang tampak bersiliwerang di jalan raya. Ibaratnya sebuah kampung mati tak berpenghuni.
Maklum pada sore hari, penduduk di sekitar Dusun Silolo biasanya masih sibuk bergumul dengan perlengkapan bertaninya di kebun masing-masing. Terkadang, mereka baru pulang ke rumah saat hari akan beranjak malam.
Hanya ada beberapa parkiran motor yang tampak mewarnai salah satu pekarangan rumah warga. Adalah Amir, yang tak lain merupakan tokoh masyarakat Dusun Silolo. Melihat parkiran tersebut dengan rileks TN pun segera melangkahkan kaki memasuki pekarangan rumah berukuran sederhana dengan ukiran jepara tersebut, sembari mengucapkan Salam, Assalamu Alaikum.
Sejurus kemudian, balasan salam dari pemilik rumah pun terdengar dari ruang tengah rumah itu. “Wa Alaikum Salam Wr.Wb.” jawab seorang pria bertubuh kekar dengan balutan kain sarung di pinggangnya sembari mempersilahkan TN untuk duduk.
Tak berselang lama TN pun mulai terlibat perbincangan dengan si empunya rumah, berbagai pokok bahasan mewarnai obrolan hari itu, Salah satunya menyangkut kemajuan pembangunan yang mulai dirasakan faedahnya oleh masyarakat setempat. Sampai pada perbincangan yang mengarah kepada persoalan Pilkada dan dukung mendukung pasangan calon bupati periode 2010-2015.
Dari perbincangan ke perbincangan, TN berkesimpulan, menjelang masuknya masa Pilkada 2010 sosok Drs. H. Syahrir Wahab, MM ternyata masih memiliki popularitas yang sangat tinggi di masyarakat, tanpa terkecuali di Dusun Silolo, Desa Lalang Bata yang sejak Pilkada 2005 silam memang adalah salah satu basis pemenangannya.
Terlebih lagi, setelah jalan beraspal hotmix melintasi ruas Dusun Silolo dan beberapa kampung-kampung tetangga terdekat di sekitarnya. Namun, satu harapan besar masyarakat setempat, kiranya, di bursa Pilkada 2010 Drs. H. Syahrir Wahab, MM berkenan menggandeng sosok Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Selayar, Ir. H. Romlah yang dari segi teknis pengawasan tak lagi perlu diragukan.
Selain juga, Ir. H. Romlah merupakan putra Buki yang dapat diandalkan pada tataran lobi-lobi ke pemerintah pusat agar Kabupaten Kepulauan Selayar bisa mendapatkan alokasi kucuran dana yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terutama pada upaya peningkatan sektor pembangunan infrastruktur jalan.
Belum lagi, setelah mempelajari berbagai konsep program pembangunan yang telah di desaing secara matang dan sistematis oleh Ir. H. Romlah. Salah satu diantaranya, penerapan konsep penataan Padang sebagai perkampungan nelayan pesisir masa depan di belahan Kawasan Timur Indonesia. (KTI).
Dukungan besar masyarakat Desa Lalang Bata dan sekitarnya kepada sosok Ir. H. Romlah tentu bukanlah suatu hal yang tidak berdasar. Pasalnya, masyarakat berpandangan sudah saatnya putra Buki tampil berkiprah di lembaga Eksekutif. Setidaknya, dalam jabatan sebagai wakil bupati.
Dengan seuntai harapan, saban hari kota Buki lama bisa terlahir menjadi sebuah desa tujuan wisata percontohan di Kabupaten Kepulauan Selayar. Khususnya, sektor wisata sejarah, budaya & arkeologi.
Tentu dengan dukungan potensi wisata Agri hortikultura dan keindahan beraneka ragam panorama wisata alam sepertihalnya Balang Timurung yang terletak di kampung Bontoa, Dusun Tanete Pale.
Berikut dukungan infrastruktur jalan penunjang untuk menuju ke lokasi obyek wisata yang dimaksud. Meski untuk menggapai impian ini dibutuhkan proses perjuangan panjang, salah satunya dengan mengusung Ir. Romlah sebagai calon wakil bupati pendamping pasangan H. Syahrir Wahab, MM.
Dari hari kehari, dukungan untuk Ir. Romlah tampil bergandengan dengan H. Syahrir Wahab, MM terus mengalir, sederas aliran air sungai yang melintasi hampir seluruh pelosok wilayah perkampungan di Kecamatan Buki
“Tak ada alasan untuk tidak mendukung Ir. H. Romlah. Sebab, selain dikenal sebagai pribadi yang murah senyum.. Kepala Dinas PU Kabupaten Kepulauan Selayar ini juga dikenal berkepribadian religius dengan sifat humoris yang seolah tak pernah lepas menyertai kehidupan kesehariannya, ujar tokoh masyarakat Dusun Silolo bernama Amir ini sembari mengenang karakter pergaulan Ir. H. Romlah yang terkesan tak pernah membeda-bedakan orang-orang di sekitarnya termasuk saat menerima aspirasi masyarakat di ruang kerjanya.
Kaitannya, dengan upaya peningkatan sarana jalan pedesaan dan pemukiman di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar.
Belum duduk saja, dia telah banyak memberikan bukti nyata karyanya di Kabupaten Kepulauan Selayar. Bagaimana kalau seandainya nanti dia duduk sebagai wakil bupati ??. (*)







.

Tujuh Bulan Bersama Disduk Capil Menyongsong Sukses Pilkada Kabupaten Kep. Selayar



Antisipasi Masuknya Jaringan Terorisme Ke Selayar

Sukses Pilkada Kabupaten Kepulauan Selayar periode 2010-2015 tentu merupakan gambaran tolak ukur keberhasilan pembangunan daerah itu dalam kurun waktu lima tahun kedepan.
Dalam kaitan itu, belum lama ini Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Selayar secara rutin terus menggencarkan operasi razia KTP terhadap warga masyarakat termasuk kepada para pendatang dari luar daerah.
Hal ini kata Kadis Disduk Capil, Nur Ali, SH sengaja dilakukan pihaknya sebagai salah satu langkah terobosan guna mensosialisasikan penyadaran kepemilikan dokumen kependudukan bagi seluruh warga Bumi Tanadoang, selain juga dimaksudkan untuk mengantisipasi masuknya pelaku jaringan teroris ke Kabupaten Kepulauan Selayar
Dikatakannya, kegiatan razia kepemilikan dokumen kependudukan ini sengaja digencarkan jajaran Disduk Capil agar warga masyarakat dapat menanamkan kesadaran kepemilikan dokumen NIK Nasional.
Pasalnya, berdasarkan fakta yang terungkap pada pelaksanaan Pemilu legislatif dan Pilpres lalu, masih sangat banyak penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar yang dijumpai belum memiliki dokumen NIK Nasional sebagaimana yang dimaksudkan pemerintah.
Lebih jauh Nur Ali mengungkapkan, meski jumlah penduduk yang terjaring razia hampir mencapai 400-an orang. Akan tetapi, sampai diturunkannya pemberitaan ini pemerintah belum juga menetapkan sanksi hukum bagi para pelanggar yang terjaring operasi rutin kepemilikan dokumen kependudukan tersebut.
Mereka yang terjaring razia, langsung digelandang ke Kantor Dinas Kependudukan & Catatan Sipil setempat untuk di data dan diberikan kelengkapan dokumen kependudukan seperti KTP dan Kartu Keluarga.
Tak heran, bila setiap harinya Kantor Disduk Capil selalu ramai dan padat dikunjungi warga masyarakat yang akan mengurus kelengkapan dokumen kependudukan untuk mengantisipasi mereka terjaring razia yang digencarkan aparat terkait pada beberapa ruas-ruas jalan di daerah ini.
Sehingga dalam beberapa bulan kedepan, sebelum masa pelaksanaan Pilkada, catatan jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar diprediksikan masih akan terus mengalami pertambahan dan pemuktahiran dari data tahun-tahun sebelumnya. Termasuk rekaman tingginya catatan angka kematian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar dalam beberapa bulan terakhir. Di mana, hal tersebut dipastikan akan sangat berpengaruh signifikan pada pengurangan dan pertambahan catatan jumlah wajib pilih menjelang dilaksanakannya pesta demokrasi pemilihan figur pemimpin Bumi Tanadoang kurun waktu lima tahun kedepan. (*)

Meniti Jejak Langkah Sosok Syahruddin Rebut Piala Adipura 2010


Laporan : Fadly Syarif
Menyongsong perebutan piala adipura 2010 Kabupaten Kepulauan Selayar seakan tak pernah lelah untuk terus berbenah diri mulai dari merubah perwajahan tata ruang kota, menjaga kebersihan melalui penempatan pasukan kuning penyapu jalan, sampai kepada pelestarian lingkungan hidup.
Menurut Kepala Kantor Lingkungan hidup Kabupaten Kepulauan Selayar, Syahruddin “gerakan penanaman pohon ini merupakan wujud dukungan komitmen Pemkab Kepulauan Selayar dalam menyukseskan dicanangkannya tahun 2009 sebagai tahun menanam, (Go Grand) oleh Gubernur Sulsel H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH beberapa waktu lalu”.
Selain memang tujuan utama penyelenggaraan kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai langkah kongkrit Kantor Lingkungan Hidup dalam rangka pengendalian sumber-sumber resapan air serta penanggulangan dini terhadap dampak buruk penggundulan hutan plus efek samping dari sering terjadinya penebangan pohon atau yang kerap diistilahkan dengan perambahan liar oleh segelintir manusia tidak ramah lingkungan.
Dikatakannya, terhitung sejak dilantik sebagai Kepala Kantor Lingkungan Hidup pada tanggal, 5 Januari 2009 lalu sampai hari ini jajaran Kantor Lingkungan Hidup telah membibitkan beraneka jenis tanaman yang besaran jumlahnya mencapai seratus sebelas ribu empat ratus delapan puluh pohon.
Meski harus diakui, kalau ketersediaan bibit tanaman pohon tersebut tak terlepas dari peran serta dan kerjasama baik pihak ketiga, dalam hal ini lembaga WASH-UNICEF sebagai fasilitator.
Lebih jauh Syahruddin menjelaskan, dari seratus sebelas ribu empat ratus delapan puluh pohon tanaman yang telah dibibitkan, sebagian kecil telah disebar mearata di beberapa titik sasaranan penanaman seperti : Desa Appatanah, Desa Lowa, Desa Binanga dan Sombaiya, Kecamatan Bontosikuyu.
Kegiatan serupa juga telah dilakukan di Desa Parak, Desa Bonea Makmur dan kawasan puncak Bontomarannu di Kecamatan Bontomanai. Sebelum kemudian, kegiatan terus berlanjut ke Dusun Bontodatara, Desa Lalang Bata, Kelurahan Batang Mata Sapo dan Kelurahan Batang Mata, Kecamatan Bontomate’ne.
Di mana pada T.A. 2010 mendatang, Kantor Lingkungan Hidup juga rencananya akan terus menjajaki wilayah-wilayah yang dimungkinkan untuk menjadi kawasan pengembangan penyebaran bibit tanaman.
Bahkan, beberapa lokasi diantaranya telah selesai disurvey dan telah siap ditanami misalnya : kawasan Je’ne Karring, di Dusun Bitombang, Kelurahan Bonto Bangung, Dusun Lopi-Lopi, Desa Harapan, Dusun Lalemang, Desa Patilereng dan Dusun Tanete, Desa Tanete.
Menyusul kemudian, kegiatan survey akan dilanjutkan ke kawasan daerah aliran sungai Desa Mare-Mare, Kecamatan Bontomanai. Mengingat lokasi ini merupakan salah satu kawasan aliran sungai yang kini mulai tampak gundul pasca terjadinya kebakaran pada salah satu areal perkebunan warga di sekitar bantaran sungai tersebut.
Pada bagian lain penjelasannya, Syahruddin juga mengungkapkan “Di era modern seperti saat ini titel bukan lagi suatu hal yang patut untuk dibangga-banggakan, khususnya pada lingkungan unit kerja,”.
Meski dirinya, hanya seorang pejabat bertitel sarjana muda. Akan tetapi, Dia justeru baru akan merasa bangga ketika dalam masa jabatannya sebagai Kepala Kantor Lingkungan Hidup, pihaknya kmudian mampu menekan secara dini dampak polusi udara dan penggundulan hutan di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Sebagai seorang Kepala unit kerja di lingkungan Pemkab Kepulauan Selayar, Syahruddin berpandangan bahwa seorang pejabat daerah baru bisa dikatakan berhasil, bilamana pejabat bersangkutan terbukti mampu menyukseskan pelaksanaan seluruh rangkaian program kerja yang telah disusun dalam masa jabatan kepala unit kerja itu sendiri.(*)

Sabtu, 21 November 2009

Penemuan Ring Boy Gemparkan Warga Sariahang



Hampir pada setiap tahunnya wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar yang dilkelilingi oleh bentangan laut luas menjadi tempat terdamparnya barang-barang muatan maupun korban kapal tenggelam.
Kejadian serupa kembali terjadi memasuki musim barat tahun 2009 ini. Terbukti, belum lama ini warga Dusun Sariahang, Desa Bungaiya, Kecamatan Bontomate’ne, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel, kembali digemparkan dengan terdamparnya dua buah ring boy dan beberapa pasang life jacket (pelampung baju) yang diperkirakan berasal dari kapal tenggelam.
Sampai diturunkannya pemberitaan ini baru satu diantara dua ringboy yang nama perusahaannya berhasil diidentifikasi dengan dukungan identitas yang tercantum pada bagian depan ringboy bertuliskan : Tanto Mitra Jakarta.
Sedangkan, pemilik life jacket dan ring boy lainnya sampai saat ini belum dapat diidentifikasi Pasalnya, baik life jacket maupun ring boy temuan warga pesisir Dusun Sariahang tersebut.tidak lagi memungkinkan untuk diidentifikasi kembali.
Hal itu disebabkan karena tulisan yang tercantum pada ring boy dan life jacket mulai terkelupas. Barang-barang temuan yang kuat dugaan merupakan milik kapal tenggelam ini hingga sekarang masih berada di tangan warga penemunya.
Terkait hal ini, Posko Badan SAR Nasional Kabupaten Kepulauan Selayar mulai melakukan pengecekan persiapan perlengkapan posko dan juga mengefektifkan patroli penyisiran pantai guna mengantisipasi kemungkinan adanya jenazah korban kecelakaan laut yang masuk ke perairan Selayar.
Dua buah perahu karet, berikut abung oksigen dan ratusan pasang life jacket telah di stand by kan jajaran personil posko SAR setempat sebagai upaya maksimal pihak posko SAR untuk sedini mungkin meminimalisir terjadinya kecelakaan laut di seputaran Kabupaten Selayar. (fadly syarif)

Mempertahankan Hidup “Sebuah Realita Tak Terbantahkan” Dibalik Bandelnya Pedagang Pasar Lama


Mati Berdarah Pilihan Terakhir Para Pedagang, Ketimbang Harus Mati Kelaparan.

Pagi itu, awan gelap membelah langit Bumi Tanadoang saat wartawan menyambangi ex. Pasar Sentral lama Kabupaten Kepulauan Selayar, tempat bertahannya puluhan pedagang pasca kebakaran dan penggusuran pasar lama.
Di salah satu sudut jalan, terlihat tiga orang personil Satpol PP kabupaten lengkap dengan baretnya masing-masing. Mereka tampak serius mengamati aktivitas puluhan pedagang yang dinilai membandel karena enggan pindah ke pasar baru di kawasan Bonea.
Sedangkan di sisi kiri kanan jalan, terlihat deretan pedagang yang tampak sibuk melayani para pembelinya tanpa menghiraukan keberadaan personil Satuan Polisi Pamong Praja yang tengah memperhatikan aktivitas mereka.
Pasalnya, penolakan puluhan pedagang untuk pindah ke pasar baru bukanlah hal yang tidak beralasan. Menurut salah seorang pedagang ikan bernama Adin (20 thn), kondisi pasar baru sangat tidak memungkinkan untuk menampung puluhan pedagang dari pasar lama, karena kondisi areal pasar yang disediakan pemerintah sangat sempit.
Para pedagang ini bukannya ingin membuat pasar sendiri. Terlebih lagi, pemerintah kabupaten sudah menyiapkan pasar baru yang dari luar tampak mewah dan begitu luas. Akan tetapi, sayang sekali sudah tidak ada tempat yang tersedia untuk mereka menggelar barang dagangan di pasar baru..
Sementara, mempertahankan hidup untuk mencari sesuap nasi adalah sebuah realita yang tak terbantahkan. Wajar, ketika puluhan pedagang ini tetap ngotot bertahan di ex. pasar lama yang bangunannya telah diratakan dengan tanah itu.
Sebab, mereka tak ingin merugi saat ikannya tidak habis terjual dan tinggal membusuk begitu saja. “Untung, kalau ikan yang mereka bawah ke pasar baru bisa habis terjual dalam sehari dengan jumlah pembeli yang sangat minim.
Andaikan saja, pembeli tetap banyak kemudian ikan-ikan yang mereka jual tidak habis dalam sehari, mungkin mereka tidak terlalu akan merasakan dampak kerugian.
Hanya saja, realita berbicara lain sebab sampai hari ini pembeli yang datang ke pasar baru untuk sekedar membeli ikan atau sayur jumlahnya memang relatif sangat minim.
Kebanyakan diantara pembeli, lebih memilih bertahan di rumah menunggu penjual ikan keliling yang melintas di depan rumahnya masing-masing. Ketimbang harus ke pasar baru yang jaraknya relatif jauh dari pusat ibukota Benteng.
Bahkan tidak sedikit pula diantaranya, yang lebih memilih menunggu pedagang ikan datang ke pasar lama untuk menghabiskan sisa ikannya yang tidak habis terjual di pasar baru.
Sedangkan sisa ikan yang tidak laku terjual dan belum membusuk terpaksa harus dijemur menjadi ikan kering. Ungkapan senada diutarakan sejumlah pedagang barang campuran yang juga merasa kecewa dengan pemindahan pasar lama ke Bonea. Apatah lagi, setelah dia tidak mendapat tempat di pasar baru.
Pedagang lain yang enggan menyebutkan namanya dengan tegas menandaskan, dia lebih ingin mati berdarah ketimbang harus mati kelaparan mengingat masalah ini adalah persoalan perut. Sehingga tidak berlebihan, kalau mereka ngotot bertahan di pasar lama dan menggelar dagangan di emperan toko atau pun pinggiran jalan.
Tragisnya lagi, seorang wanita pedagang berusia paruh bayah bahkan nekat membawa kasur ke tempatnya berjualan di antara puing-puing bongkaran pasar lama tanpa pernah merasa gusar dengan razia pedagang yang sudah tiga bulan terakhir digelar aparat Satpol PP kabupaten.
Sebagai wujud nyata kenekatan para pedagang tersebut mereka bahkan berani menggelar barang dagangan sampai malam hari dengan memanfaatkan puing-puing bangunan pasar lama atau pun sepinya jalan-jalan poros di sekitar ex. pasar lama dari lalu lalang kendaraan bermotor.
Terkait masalah ini, Kasat Pol PP Kabupaten Kepulauan Selayar, Abd. Wahid, S.Sos saat dikonfrmasi wartawan menegaskan, penertiban pedagang ini dilakukan dengan mendasari hasil kesepakatan antara anggota DPRD dengan para pedagang pasar lama yang meminta agar pedagang bisa memanfaatkan areal PPI untuk menggelar barang dagangannya pada pagi hari. (*)




.