Laman

Selasa, 18 Oktober 2011

Sekab Kepulauan Selayar Buka Work Shop Penyusunan Akselerasi Pencapaian Eliminasi Malaria


Sekretaris Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, Dr. H. Zainuddin, SH.M.H membuka secara resmi penyelenggaraan Work Shop Penyusunan Akselerasi Pencapaian Eliminasi Malaria di Kabupaten Kepulauan Selayar, yang berlangsung di ruang rapat pimpinan bupati, hari, (17/10) kemarin.
Mengawali sambutannya, mantan Kakandeppen Kabupaten Bone ini mengatakan, malaria masih merupakan masalah penting di Indonesia, termasuk di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Dikatakannya, satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa persoalan kesehatan, bukan hanya sebatas untuk diketahui jenis penyakitnya saja. Namun, yang tak kalah pentingnya adalah, bagaimana memikirkan dan mencari solusi dari dampak yang akan ditimbulkan oleh penyakit itu sendiri terhadap masalah sosial ekonomi.
Secara umum, perlu disadari, bahwa penyakit malaria merupakan salah satu jenis penyakit remerging yang hingga sekarang masih menjadi ancaman mematikan bagi masyarakat.
Dimana sampai saat ini, penyakit malaria masih menempati rangking pertama yang menjadi faktor pemicu tingginya angka kesakitan, dan kematian pada usia produktif. Bahkan, penyakit malaria, telah ikut berpengaruh signifikan pada menurunnya kualitas kesehatan bayi, anak balita, dan ibu hamil,
Tanpa disadari, bahwa modal kesehatan merupakan sebuah investasi berharga yang manfaatnya sangat terasa, di dalam perilaku kehidupan keseharian. Betapa tidak, satu orang anggota keluarga saja terserang penyakit.
Maka secara tidak langsung, akan terjadi kerugian dari sisi ekonomi (loss economic), yang bila dihitung secara matematik, maka akan timbullah pertanyaan, berapa banyak hari yang terlewatkan, untuk mengurus anggota keluarga yang terserang penyakit, berapa jenis pekerjaan yang harus tersendat, berapa banyak penurunan produksi yang ditimbulkan dari persoalan tersebut, dan yang terakhir, berapa, besaran biaya (cost) yang harus dikeluarkan untuk kepentingan pengobatan penyakit tersebut??.
Oleh karenanya, untuk mengurangi terjadinya nilai kerugian yang lebih besar, maka dibutuhkan pemikiran energik, dalam rangka penyusunan program, yang bertujuan untuk menghindarkan masyarakat dari serangan penyakit.
Program dimaksud, diharapkan dapat bersifat lebih preventif dan promotif. Karena, program ini, akan lebih bersifat efektif dari sisi cost, selain nilai investasinya juga jauh lebih tinggi. Kendati hasilnya, belum dapat terlihat dalam jangka waktu singkat.
Dalam kaitan itu pula, komitmen global memasukkan sektor kesehatan sebagai salah satu program pembangunan bersifat strategis, sebagaimana yang tergambar pada rumusan HDI (Human Deveplopment Index) dan MDG’S (Millenium Development Goal’s).
Lebih jauh, Sekab Kepulauan Selayar menjelaskan, “kesehatan merupakan salah satu indikator dari tiga indikator, selain pendidikan dan ekonomi yang berpengaruh pada indeks pembangunan manusia atau Human Development Index.”
Sedangkan, IPM& HDI, merupakan indikator dan tolak ukur untuk menentukan rapor kinerja jajaran pemerintah, dimulai dari tingkat daerah, nasional, sampai kepada pemerintahan pada level Internasional. Kedua hal tersebut, sangatlah penting artinya didalam mengukur kinerja sebuah pemerintahan.
Sementara, Millenium Goal’s merupakan cita-cita mulia dari hampir semua negara di dunia yang dituangkan dalam bentuk Deklarasi Millenium (Millenium Declaration). Cita-cita ini didasarkan pada kenyataan, bahwa pembangunan yang hakiki sangat ditentukan oleh pembangunan manusia.
Dari delapan Goal’s yang tertuang di dalam rumusan MDG’S, lebih dari separuh, terkait langsung dengan masalah kesehatan, yakni tujuan pertama, untuk menghapuskan kemiskinan & kelaparan berat, tujuan ke empat, untuk menurunkan kematian anak, tujuan kelima untuk meningkatkan kesehatan maternal, tujuan ke enam untuk melawan penyebaran HIV/AIDS serta, penyakit kronis lainnya, semisal, malaria dan tuberkulosa
Yang terakhir, tujuan ke tujuh, dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan lingkungan. Pada bidang kesehatan, eliminasi malaria merupakan salah satu komitmen global dari setiap negara, selain yang terdapat pada tujuan ke enam MDG’S, termasuk di dalamnya di Negara Republik Indonesia secara umum, dan terkhusus, di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Eliminasi penyakit malaria di Kabupaten Kepulauan Selayar akan dilaksanakan secara bertahap dengan target awal untuk mendapatkan sertifikasi WHO, selambat-lambatnya pada tahun 2017.
Zainuddin menambahkan, “berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Selayar, pada tahun 2010, penderita malaria klinis berjumlah kurang lebih 3.939 kasus atau 431 kasus per 1000 orang penduduk.
Sementara, jumlah penderita positif malaria sendiri, mencapai angka 431 kasus atau 3,55 per 1000 orang penduduk.
Menyadari kenyataan ini, maka semua pihak terkait dituntut untuk dapat bekerja lebih keras dan maksimal, baik itu dari unsur pemerintah, maupun elemen masyarakat.
Karena target tersebut, baru akan dapat tercapai dengan tekad kerja keras dari semua pihak terkait. Meski harus diakui, bahwa pencapaian kegiatan, eliminasi malaria memerlukan sumber daya untuk mendukung program aksi yang telah dirancang secara rinci dengan melibatkan segenap pihak terkait.
Mendasari amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.411465/SJ tertanggal, 8 Februari 2010 Perihal, pedoman pelaksanaan program eliminasi malaria di Indonesia.
Maka, pemerintah daerah diwajibkan, menyediakan anggaran sebesar 10 % melalui dana APBD yang diperuntukkan untuk menunjang lancarnya kegiatan eliminasi malaria dengan tetap mengacu pada kebijakan pemerintah pusat tentang Jamkesmas, Jampersal, dan BOK yang pada akhirnya, diharapkan mampu bersinergi dengan kebijakan daerah.
Saat ini, terdapat beberapa strategi global maupun nasional yang dinilai penting untuk mendapat dukungan, terutama guna menunjang suksesnya kegiatan eliminasi malaria, yakni “Gerakan Berantas Kembali (Gebrak Malaria)” salah satunya, melalui langkah kerjasama lintas program maupun lintas sektor.
Berangkat dari dasar pemikiran tersebut di atas, maka kegiatan Work Shop Penyusunan Akselerasi Pencapaian Eliminasi Malaria di Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi sangat penting artinya untuk menyamakan persepsi dan menyusun rencana program dari semua unsur SKPD terkait dalam rangka pencapaian target MDG’S pada tahun 2015 dan target eliminasi malaria di Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2020.
Pasalnya, selain menyebabkan kematian, penyakit malaria juga sangat rentang menimbulkan hilangnya masa produktif pada diri seseorang yang terserang penyakit, sehingga akan mengakibatkan menurunnya kemampuan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Persoalan ini, kiranya menjadi point penting di dalam penyelenggaraan work shop Penyusunan Akselerasi Pencapaian Eliminasi Malaria di Kabupaten Kepulauan Selayar, dengan menyadari bahwa mengobati orang sakit adalah sebuah hal mutlak yang harus dilakukan, dalam upaya menciptakan kehidupan rakyat yang sehat.
Selanjutnya, saya bersama seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, mengucapkan terima kasih dan selamat datang kepada perwakilan Unicef Provinsi Sulawesi-Selatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi-Selatan, serta semua unsur terkait yang telah meluangkan waktunya untuk hadir pada hari ini.
Ucapan yang sama disampaikan, atas segala partisipasi dan kerja sama yang telah ditunjukkan semua pihak, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di Kabupaten Kepulauan Selayar ini.
Ungkapan ini disampaikan Sekab Kepulauan Selayar dihadapan para peserta work shop yang turut dihadiri Kepala Bappeda Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. Musytari, MM.Pub, Kepala Dinas Kesehatan, dr. Husaini, M.Kes, serta Perwakilan Unicef Provinsi Sulawesi-Selatan yang turut didampingi Perwakilan dari Dinas Kesehatan Pemprov Sulsel.(Laporan : Fadly Sang Journalis/fadlyjournalis@gmail.com)

Senin, 17 Oktober 2011

Foto Cendikiawan Muslim Kabupaten Kepulauan Selayar

Drs. H. Syahrir Wahab, MM Butuhkan, Peran Aktif Kalangan Pers


Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, Drs. H. Syahrir Wahab, MM, meminta peran aktif insan pers lokal, untuk dapat memeriahkan penyelenggaraan lomba karya tulis ilmiah yang dirangkaikan dengan kegiatan Takabonerate Island Expedition III, tahun 2011.
Dua nama wartawan lokal yang mengemuka, dan disebut-sebut, bupati untuk dijadikan peserta dalam kompetisi lomba penulisan karya ilmiah tersebut, masing-masing an. Fadly Syarif & Ir. Supardi Idris.
Ungkapan tersebut dilontarkan Syahrir Wahab dihadapan peserta rapat pemantapan panitia Takabonerate Island Expeditio III yang dipusatkan di Baruga Rumah Jabatan Sapo Lohe (Rujab bupati, red) beberapa malam lalu.
Mendasari petunjuk bupati, “Kabag Humas Setda, Drs. Gunawan Redha dengan cekatan, langsung menyampaikan amanah tersebut, kepada masing-masing yang bersangkutan dalam sebuah kesempatan pertemuan di ruang Kasubag Pemberitaan Humas & Protokoler Setda Kepulauan Selayar. (*)

Rabu, 05 Oktober 2011

Kementrian Pertanian & Pemkab Kepulauan Selayar Rampungkan Pembangunan Balai Besar Karantina Pertanian


Tepat pertengahan tahun anggaran 2011, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, bekerjasama dengan Kementrian Pertanian dan Balai Besar Karantina Pertanian Makassar berhasil merampungkan kegiatan pembangunan gedung Balai Besar Karantina Pertanian Wilker Selayar.
Kegiatan pembangunan gedung ini sendiri dipusatkan di jalur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dengan menggunakan anggaran pembangunan dan belanja daerah Pemprov Sulsel.
Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, H. Saiful Arif, SH menjelaskan, “pembangunan infrastruktur dasar Balai Besar Karantina Pertanian Wilker Selayar sangat diharapkan akan dapat menunjang percepatan pelayanan operasional karantina pertanian dalam mendukung swasembada dan swasembada berkelanjutan serta akselerasi ekspor Sulawesi-Selatan”.
Terutama dalam rangka mengantisipasi rusaknya kelestarian sumber daya alam yang diakibatkan oleh ancaman serangan HPHK dan OPTK yang dampaknya sangat merugikan bangsa dan negara.
Dikatakannya, serangan HPHK dan OPTK akan sangat mempengaruhi naik turunnya hasil produksi budi daya hewan dan tumbuhan, baik kuantitas maupun kualitas. Hal lain yang perlu diantisipasi dari serangan HPHK dan OPTK kata Saiful adalah, “musnahnya jenis-jenis hewan atau tumbuhan bernilai ekonomis dan ilmiah tinggi”, tandasnya. (fadly sang journalis)