Laman

Selasa, 24 November 2009

Menyusuri Potensi Wisata Kab. Selayar Dibalik Rerimbunan Semak Belukar



Fotografer : Fadly Syarif
Reporter : Fadly Syarif

Siang itu matahari bersinar terik saat motor yang digunakan Panorama Selayar melintasi perkampungan Bontoiya, Dusun Tanete Pale, Desa Lalang Bata, Kecamatan Buki, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel.
Sebuah perkampungan terpencil diujung utara Kab. Selayar yang berjarak sekitar 2 kilometer dari ibukota Desa Lalang Bata. Di kampung ini terdapat sedikitnya dua lokasi obyek wisata alam air terjun yakni : Balang Timurung dan Balang Moro’. Namun sayangnya, untuk bisa sampai ke lokasi air terjun tersebut Panorama Selayar harus melalui jalan tani dan rerimbunan pohon jambu mente serta semak belukar berduri.
Belum lagi, lokasinya yang terletak di daerah tanjakan membuat Panorama Selayar nyaris kehabisan nafas setelah kembali dari mengabadikan gambar. Bila ditilik dari pemandangannya Balang Timurung memang cukup potensial untuk dijadikan sebagai sarana rekreasi wisata alam.
Sehingga tidak berlebihan, jika hampir pada setiap hari libur lokasi ini banyak dikunjungi masyarakat di sekitar Desa Lalang Bata. Dimana hal inilah yang kemudian mengilhami peresmian penamaan Balang Timurung oleh Drs. H.M. Akib Patta (Bupati Selayar terdahulu).
Pemandangan liang menganga dan tetesan air sungai dari ketinggian, serasa kian melengkapi indah suasana panorama alam di sekitar Balang Timurung. Dan sebagai wujud konsistensi pemerintah terhadap upaya peningkatan sektor wisata, saat ini Pemdes Lalang Bata telah melengkapi keberadaan Balang Timurung dengan pembangunan sejumlah tempat peristrahatan berupa pondokan bambu.
Selain Balang Timurung dan Balang Moro’, di Dusun Tanete Pale ini juga terdapat banyak peninggalan guci-guci leluhur terdahulu. Salah satunya sempat diabadikan Panorama Selayar dalam kunjungan wisatanya belum lama ini.
Pohon kenari & jambu mente obyek pelengkap
Setelah puas mengabadikan keindahan panorama alam Balang Timurung dan peninggalan guci leluhur, Panorama Selayar juga menyempatkan waktu mengabadikan obyek wisata agro hortikultura, berupa pohon jambu mente dan kenari yang banyak tumbuh di sekitar Kampung Bontoiya. Menurut tim Pemdes Lalang Bata yang hari itu turut mendampingi perjalanan Panorama Selayar, kenari adalah salah satu buah komoditas andalan masyarakat setempat pada khususnya, dan Selayar pada umumnya.
Menuju Mesjid Tua Kampung Punra’
Dari Balang Timurung, Panorama Selayar kemudian melanjutkan perjalanan menuju lokasi Mesjid tua kampung Punra’ yang terletak sekitar 1 kilometer dari ibukota Desa Lalang Bata. Berbeda dengan perjalanan menuju Balang Timurung, kali ini Panorama Selayar tak lagi dapat menggunakan kendaraan roda dua, karena lokasinya yang terletak di sekitar areal perkebunan warga dan harus melintasi sebuah anak sungai.
Melihat kondisinya, sepintas lalu Mesjid tua Kampung Punra’ nyaris tak lagi menampakkan bentuk Mesjid pada umumnya. Pasalnya, Mesjid ini tinggal menyisakan tiang beton, puing-puing pondasi, kiblat dan sebuah peninggalan kolam tempat berwudhu.
Kondisi serupa juga sangat nampak disekitar lokasi ex kampung Punra’ yang kini mulai ditumbuhi deretan pohon jambu mente dan pohon Maja atau yang dalam dialek bahasa Selayar kerap disebuat pohon bila.
Hanya batu-batu berserakanlah yang menjadi saksi bisu kalau pada zaman dahulu kala, di lokasi ini pernah terdapat tanda-tanda kehidupan, fakta ini juga diperkuat dengan masih banyaknya dijumpai rumah siput berserakan di sana-sini.
Menyusuri situs pekuburan tua
Dengan tak mengenal lelah sedikit pun, dari lokasi Mesjid tua kampung Punra’ Panorama Selayar kembali melanjutkan penelusurannya ke situs pekuburan tua Dusun Silolo, Bontodatara dan Bontonumpa, Desa Buki.
Hampir sama dengan penelusuran pada dua lokasi obyek wisata sebelumnya, di lokasi ini Panorama Selayar lagi-lagi harus melalui rerimbunan semak belukar. Pasalnya, kondisi di sekitar lokasi pekuburan tua seolah sengaja diabaikan pemerintah.
Meninggalkan lokasi situs pekuburan tua, Panorama Selayar kemudian menancap motornya menuju ibukota Kecamatan Buki. Di lokasi ini, Panorama Selayar sempat mengabadikan beberapa moment gambar, antara lain : situs bangunan peninggalan Belanda, pekuburan tua, meriam kuno terpendam, rumah-rumah zaman tempo doeloe sampai kepada lampu peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang masih dapat dijumpai pada salah satu rumah warga masyarakat setempat.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mas, boleh saya copas di blog saya. ntar saya sertakan sumbernya

salam kenal ^^