Laman

Sabtu, 21 November 2009

Mempertahankan Hidup “Sebuah Realita Tak Terbantahkan” Dibalik Bandelnya Pedagang Pasar Lama


Mati Berdarah Pilihan Terakhir Para Pedagang, Ketimbang Harus Mati Kelaparan.

Pagi itu, awan gelap membelah langit Bumi Tanadoang saat wartawan menyambangi ex. Pasar Sentral lama Kabupaten Kepulauan Selayar, tempat bertahannya puluhan pedagang pasca kebakaran dan penggusuran pasar lama.
Di salah satu sudut jalan, terlihat tiga orang personil Satpol PP kabupaten lengkap dengan baretnya masing-masing. Mereka tampak serius mengamati aktivitas puluhan pedagang yang dinilai membandel karena enggan pindah ke pasar baru di kawasan Bonea.
Sedangkan di sisi kiri kanan jalan, terlihat deretan pedagang yang tampak sibuk melayani para pembelinya tanpa menghiraukan keberadaan personil Satuan Polisi Pamong Praja yang tengah memperhatikan aktivitas mereka.
Pasalnya, penolakan puluhan pedagang untuk pindah ke pasar baru bukanlah hal yang tidak beralasan. Menurut salah seorang pedagang ikan bernama Adin (20 thn), kondisi pasar baru sangat tidak memungkinkan untuk menampung puluhan pedagang dari pasar lama, karena kondisi areal pasar yang disediakan pemerintah sangat sempit.
Para pedagang ini bukannya ingin membuat pasar sendiri. Terlebih lagi, pemerintah kabupaten sudah menyiapkan pasar baru yang dari luar tampak mewah dan begitu luas. Akan tetapi, sayang sekali sudah tidak ada tempat yang tersedia untuk mereka menggelar barang dagangan di pasar baru..
Sementara, mempertahankan hidup untuk mencari sesuap nasi adalah sebuah realita yang tak terbantahkan. Wajar, ketika puluhan pedagang ini tetap ngotot bertahan di ex. pasar lama yang bangunannya telah diratakan dengan tanah itu.
Sebab, mereka tak ingin merugi saat ikannya tidak habis terjual dan tinggal membusuk begitu saja. “Untung, kalau ikan yang mereka bawah ke pasar baru bisa habis terjual dalam sehari dengan jumlah pembeli yang sangat minim.
Andaikan saja, pembeli tetap banyak kemudian ikan-ikan yang mereka jual tidak habis dalam sehari, mungkin mereka tidak terlalu akan merasakan dampak kerugian.
Hanya saja, realita berbicara lain sebab sampai hari ini pembeli yang datang ke pasar baru untuk sekedar membeli ikan atau sayur jumlahnya memang relatif sangat minim.
Kebanyakan diantara pembeli, lebih memilih bertahan di rumah menunggu penjual ikan keliling yang melintas di depan rumahnya masing-masing. Ketimbang harus ke pasar baru yang jaraknya relatif jauh dari pusat ibukota Benteng.
Bahkan tidak sedikit pula diantaranya, yang lebih memilih menunggu pedagang ikan datang ke pasar lama untuk menghabiskan sisa ikannya yang tidak habis terjual di pasar baru.
Sedangkan sisa ikan yang tidak laku terjual dan belum membusuk terpaksa harus dijemur menjadi ikan kering. Ungkapan senada diutarakan sejumlah pedagang barang campuran yang juga merasa kecewa dengan pemindahan pasar lama ke Bonea. Apatah lagi, setelah dia tidak mendapat tempat di pasar baru.
Pedagang lain yang enggan menyebutkan namanya dengan tegas menandaskan, dia lebih ingin mati berdarah ketimbang harus mati kelaparan mengingat masalah ini adalah persoalan perut. Sehingga tidak berlebihan, kalau mereka ngotot bertahan di pasar lama dan menggelar dagangan di emperan toko atau pun pinggiran jalan.
Tragisnya lagi, seorang wanita pedagang berusia paruh bayah bahkan nekat membawa kasur ke tempatnya berjualan di antara puing-puing bongkaran pasar lama tanpa pernah merasa gusar dengan razia pedagang yang sudah tiga bulan terakhir digelar aparat Satpol PP kabupaten.
Sebagai wujud nyata kenekatan para pedagang tersebut mereka bahkan berani menggelar barang dagangan sampai malam hari dengan memanfaatkan puing-puing bangunan pasar lama atau pun sepinya jalan-jalan poros di sekitar ex. pasar lama dari lalu lalang kendaraan bermotor.
Terkait masalah ini, Kasat Pol PP Kabupaten Kepulauan Selayar, Abd. Wahid, S.Sos saat dikonfrmasi wartawan menegaskan, penertiban pedagang ini dilakukan dengan mendasari hasil kesepakatan antara anggota DPRD dengan para pedagang pasar lama yang meminta agar pedagang bisa memanfaatkan areal PPI untuk menggelar barang dagangannya pada pagi hari. (*)




.

Tidak ada komentar: